Minggu, 21 Juli 2013

ROMAN PERTAMA DARI TETRALOGI BURU

Bumi Manusia adalah buku pertama dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer yang pertama kali diterbitkan oleh Hasta Mitra pada tahun 1980.
Buku ini ditulis Pramoedya Ananta Toer ketika masih mendekam di Pulau Buru. Sebelum ditulis pada tahun 1975, sejak tahun 1973 terlebih dahulu telah diceritakan ulang kepada teman-temannya.
Setelah diterbitkan, Bumi Manusia kemudian dilarang beredar setahun kemudian atas perintah Jaksa Agung. Sebelum dilarang, buku ini sukses dengan 10 kali cetak ulang dalam setahun pada 1980-1981. Sampai tahun 2005, buku ini telah diterbitkan dalam 33 bahasa. Pada September 2005, buku ini diterbitkan kembali di Indonesia oleh Lentera Dipantara.
Buku ini melingkupi masa kejadian antara tahun 1898 hingga tahun 1918, masa ini adalah masa munculnya pemikiran politik etis dan masa awal periode Kebangkitan Nasional. Masa ini juga menjadi awal masuknya pemikiran rasional ke Hindia Belanda, masa awal pertumbuhan organisasi-organisasi modern yang juga merupakan awal kelahiran demokrasi pola Revolusi Perancis.
REVIEW
“Seorang terpelajar harus berlaku adil sejak dalam fikiran apalagi dalam perbuatan” Pramoedya Ananta Toer.
Membaca Roman ini membuat saya seolah hadir pada akhir Abad ke-19 melihat dengan jelas kehidupan Hindia Belanda dengan perbauran bermacam ras manusia: Pribumi, Eropa toktok, Peranakan, Tiongkok juga Jepang. Cerita yang memadukan kisah romantis, ketidak adilan kolonialis, pemikiran-pemikiran Liberal dan keterbelakangan yang berupa sembah pada leluhur dan pembesar melalui perendahandan penghinaan manusia. Semuanya tertulis begitu apik, detail dan mengalir. Jika biasanya saya selalu ingin cepat menghabiskan novel yang saya baca karena penasaran dengan ending, membaca roman ini membuat saya betah berlama-lama pada setiap lembarannya. Menikmati kata perkata yang membangun keutuhan karya sastra dari seorang sastrawan Indonesia kawakan yang banyak mendapat penghargaan sastra International ini.
Pramoedya Ananta Toer telah melahirkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih 42 bahasa asing. Dan saya beruntung dapat menikmati salah-satu karya yang ia tulis ketikaia sedang mendekam di kamp kerja paksa tanpa proses peradilan di Pulau Buru ini (dan memang hampir separuh hidupnya dihabiskan di penjara: 3 tahun dalam penjara kolonial, setahun ketika Orde Lama dan 14 tahun yang melelahkan di OrdeBaru).
Adalah Minke (tokoh utama yang bercerita dalam kisah ini) seorang Priyayi Jawa yang beruntung dapat menyerap Ilmu Pengetahuan Eropa di sebuah sekolah H.B.S di Surabaya ketika sebagian besar kaumnya belum lagi mampu baca tulis. Ia mengagumi segala perkembangan Modernyang hanya ia dengar dari guru-guru Eropanya. Dan Magda Peters adalah guru yang sering memuji dan membelanya mengesampingkan label pribumi yang tersemat padanya yang dipandang rendah oleh teman-teman Eropa atau peranakan lainnya. Meski pribumi, ia adalah murid yang gilang gemilang. Magda Peters jugalah yangbanyak berkisah tentang persamaan hak dalam kehidupan sosial ia bahkan mengenalkan Max Havelaar atau De Koffieveillingen der Nederlandsche Handelsmaatschappij-nya Multatuli atau Eduard Douwes Dekker pada minke. Hal itu menginspirasi Minke untuk juga menulis tak hanya iklan lelang namun juga kisah orang-orang disekitarnya. Dan koran S.N. v/d D banyak memuat karyanya dalam Bahasa Belanda yang memakai nama pena Max Tollenar. Salah-satu karyanya dipuji di depan seluruh siswa dan para guru Eropa tanpa mereka tahu itu adalah karyanya.
Kisah semakin menarik meski mendatangkan konflik ketika ia berkenalan dengan Annelies Mellema yang digambarkan memiliki kecantikan melebihi Sri Ratu Wilhelmia. Annelies berparas Eropa berkulit dan bermata pribumi. Ia putri nyai Ontosoroh yang bernama asli Sanikemdengan Herman Mellema pemilik Perusahaan Boerderij Buitenzorg diWonokromo. Keluarga Annelies yang aneh mendatangkan sikap waspada bagi Minkenamun ia tak menampik bahwa ia memiliki ketertarikan yang kuat tak hanya padaAnnelies namun juga pada Nyai Ontosoroh yang berkepribadian dan berpemikiran hebat (terlalu luar biasauntuk seorang gundik) yang seolah mampu menggenggam hati siapapun untu kbertekuk padanya. Dan Annelieslah yang menceritakan kisah kelam Nyai Ontosoroh kepada Minke. Bagaimana di usianya yang belia ia dijual sang ayah jurutulisSastrotomo kepada administratur Tuan Besar Kuasa Herman Mellema karena ambisinya untuk menjadi juru bayar di Pabrik gula Tulangan Sidoarjo. Menjadi Gundik bukanlah yang ia maui. Semua lapisan kehidupan menghukum keluarga nyai-nyai sebagai tingkat susila rendah; juga semua bangsa: pribumi, Eropa, Tionghoa dan Arab. Hal itu membuatnya mendendam tak hanya pada ayahnya ia juga mendendam pada ibunya sendiri yang seperti kebanyakan wanita pribumi lain tak memiliki kemampuan melindungi anaknya meski ingin. Ia menghukum keduanya dengan tak lagi menganggap mereka sebagai orang tua, tak mau menemui mereka, tak sudi membaca dan membalasi surat bahkan ketika ibunya menangis merajuk-rajuk ingin menemuinya ia hanya berpesan.
“Anggaplah aku hanya sebagai telornya yang telah jatuh dari peterangan. Pecah. Bukan telur yang salah”
Namun Tuan Besar kuasa tak memperlakukannya sebagai budak belian ia mengajarinya banyak hal tidak hanya baca tulis Belanda dan Melayu namun juga segala adat dan budaya Eropa. Memberinya bacaan rutin yang diperintahkan untuk ditamatkan dan diceritakan ulang segala isinya, mengajarinya cara berdandan dan menjaga kebersihan diri juga segala pengetahuan tentang administrasi dan urusan perusahaan. Sanikem tumbuh menjadi pribadi baru ia berubah menjadi wanita Belanda berkulit coklat.
Rumah tangga mereka baik-baik saja meski Herman Mellema tak menikahi Sanikem namun kedua putra darinya Robert Melemma dan Annelies Mellema diakuinya di depan Pengadilan Hindia Belanda. Dan petaka itu terjadi dengan kemunculan seorang Eropa muda yang bersikap angkuh di depan rumah mereka secara tiba-tibadi suatu hari. Ia adalah Ir. Maurits Melema anak tuan Mellema dari istrinya Mevrouw Amelia Hammers yang ia tinggalkan di Nederland. Ir Maurits Melema menghujat kelakuan sang ayah yang dianggapnya bermoral rendah hidup tanpa pernikahan dengan seorang pribumi sedang ia belum menceraikan istri sahnya. Lalu tanpa menghiraukan pembelaan sang ayah ia pergi begitu saja meninggalkan Herman Mellema yang retak oleh perasaan bersalah hingga tak perduli lagi pada keluarga Nyai Ontosoroh dan perusahaannya. Ia melarikan diri pada segala minuman keras dan pelacur. Nyai Ontosoroh kecewa dan membenci keringkihan tuan Mellema ialah yang lalu pontang panting mempertahankan perusahaan dan melibatkan Annelis dalam mengolah perusahaan sedang Robert Mellema berwatak Eropa sangat benci pada pribumi juga pada ibunya sendiri. Dimatanya ibunya hanya pribumi yang rendah. Meski ia tak juga diperdulikan olehayah yang ia kagumi.
Berbeda dengan Nyai Ontosoroh, Annelies memiliki kepribadian yang rapuhdan manja meski ia dididik keras untuk mampu mengurusi perusahaan namun ia tak memiliki kontrol atas diri sendiri ibunya yang selalu menentukan geraknya, serupa boneka kesayangan. Pertemuannya dengan Minke membuatnya merasa memiliki teman tapi ia tak hanya menganggap Minke sebagai teman, ia jatuh cinta pada Minke dan ketika Minke kembali ke Surabaya ia jatuh sakit yang menurut dr Martinet dokter keluarga mereka hanya Minke yang bisa menyembuhkan dan nyai Ontosoroh yang tak ingin putrinya tersiksa meminta Minke tinggal di rumah mereka.
Minke bergulat dengan pendapat masyarakat umum. Semua lapisan kehidupan menghukum keluarga nyai-nyai dengan tingkat susila rendah dan ia juga akan terkena hujat jika tinggal bersama mereka. Dan sahabatnyalah Jeans Marais pelukis asal Perancis yang juga seorang mantan serdadu kompeni yang terlibat Perang Aceh menyadarkannya :

“Pendapat umum perlu dan harus diindahkan, dihormati kalau benar. Kalau salah, mengapa dihormati dan diindahkan?. Kau terpelajar Minke, seorang terpelajar harus jugaberlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan.”
Jeans Marais sendiri mendapat kebijakannya dari pengalaman perangnya di Aceh. Ia mengakui prasangkanya tentang kemampuan perang pribumi ternyata keliru. Kemampuan mereka tinggi hanya peralatan rendah; kemampuan berorganisasi juga tinggi. Orang Aceh punya cara berperang khusus. Dengan alamnya dengan kemampuannya dengan kepercayaannya telah banyak orang kompeni dihancurkan. Mereka membela apa yang mereka anggap sebagai haknya tanpa mengindahkan maut, melawan terus dengan segala kemampuan dan ketidakmampuan. Dan Jean Marais mengagumi dan mencintai bangsa pribumi yang gagah perwira. Juga jatuh cinta pada seorang wanita Aceh yang awalnya adalah tawanan kumpeni. Tragis, wanita Aceh itu terbunuh oleh adik lelakinya sendiri yang menikamnya dengan rencong beracun karena telah terjamah tangan kafir. Tangan Jean Marais!. Dan di Surabaya inilah Jeans Marais mencoba menghadirkan pesona wanita Aceh yang ia cintai itu dalam sapuan kuasnya sambil membesarkan Maysaroh anak yang tak sempat puas menikmati kasih ibunya.
Minke pun lalu tinggal di Boerderij Buitenzorg merawat Annelies hingga ia mendapat keceriaannya kembali. Namun tak lama sampai seorang agen polisi kelas satu menjemputnya tanpa menjelaskan alasan penangkapan. Ia laludibawa ke kota B ke rumah kediaman Bupati Kota B yang ternyata tak lain adalah ayahandanya yang akan dilantik menjadi Bupati dan ayahnya membutuhkan seorang penterjemah karena pejabat Hindia Belanda juga akan datang melantik. Ayahnya ingin anaknya yang paling cerdas tampil membuatnya bangga di malam pelantikannya. Dan meski Minke mengamati segala perkembangan Eropa dan negeri-negeri yang jauh ia tak mengetahui segala berita tentang ayahnya sendiri. Minke merasa tak ada urusan dengan segala berita mutasi pejabat. Kepriyayian bukan lagi duniaku fikirnya: Dunianya bukan bukan jabatan,pangkat, gaji dan kecurangan. Dunianya bumi manusia dengan persoalannya. Minke tak suka pada segala tradisi pengagungan dalam kaumnya. Ia menggambarkandengan:
Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu. Hilang anthusiasme para guruku dalam menyambut hari esok yang cerah bagi umat manusia. Dan entah berapa kali aku harus mengangkat sembah nanti. Sembah-pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedater tanah kalau mungkin! Uh, anak cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini.
Dan Bundanya meski bersikap lembut mengatakan “Kau terlalu banyak bergaul dengan Belanda. Maka kau sekarang tak suka bergaul dengan sebangsamu, bahkan dengan saudara-saudaramu, dengan ayahanda mupun. Surat-surat tak kau balas. Mungkin kau pun sudah tak suka padaku”
“Kau sudah temui jalanmu sendiri. Tempuhlah jalan yang kau anggap baik hanya jangan sakiti orang tuamu, dan orang yang kau anggap tak tahu segala sesuatu yang kau tahu”
Saat acara pelantikan Minke menjalankan tugasnya sebagai penterjemah dengan baik hingga Asisten Residen kagum pada sikapnya yang terpelajar ia pun diundang ke kediaman sang Asisten Residen Herbert de La Croix berkenalan dengan Mriam dan Sarah de LaCroix yang memiliki pemikiran sama dengan sang guru Magda Peters. Liberal!
Kembali ke Wonokromo Minke dihadapkan pada peristiwa matinya tuan Mellemadi Rumah Pelesiran Babah Ah tjong mati dalam muntahan minuman keras beracun. Peristiwa itu menghantarkan Nyai Ontosoroh dan semua yang tinggal di Boerderij Buintenzorg ke depan pengadilan termasuk Minke. Kehidupan pribadi merekapun diusut termasuk hubungannya dengan Annelies. Juruwarta berdatangan ke rumah Koran-koran pun ramai menuliskan berita-berita sensasional. Nyai Ontosoroh dan minke dituduh bersekongkol membunuh tuannya dengan motif kemesuman dan harta. Ayahanda Minke pun mengetahui perihal itu dan menjadi murka pada putra-putrinya ia berkata : siapa saja diantara anak-anaknya berurusan perkara dengan polisi dia adalah menghinanya, maka tak patut ada didekatnya lagi. Dan Minke membalasnya dengan: “kalau itu yang dikehendaki ayah apa boleh buat maka sekarang aku akan berbakti hanya pada seorang ibu”. Setelah proses persidangan yang berbelit, akhirnya Ah Tjong mengaku meracuni tuan Mellema secara perlahan dan dijatuhkan hukuman penjara tiga sampai lima tahun.
Meski Minke sempat dikeluarkan dari sekolah akhirnya dengan bantuan Herbetr de la Croix ia bisa meluluskan sekolahnya lalu menikahi Annelies secara Islam. Namun masalah yang lebih besar datang lagi kali ini dari Ir. Maurits Mellema yang menggugat harta perusahaan peninggalan tuan Mellema dan kewalianAnnelies yang jatuh padanya. Ia menuntut agar Annelies dipulangkan ke Nedherland dan tidak mengakui pernikahan mereka. Hukum Hindia Belanda terlalu kuat memihak padanya. Mampukah Minke dan nyai Ontosoroh mempertahankan Anneliesdan Boerderij Buitenzorg?. Temukan jawabannya dalam roman setebal 535 halaman ini.

Film

Bumi Manusia ini juga akan difilmkan. Sejak pertengahan tahun 2004 proses pembuatannya sudah mulai dilakukan. Hatoek Soebroto, seorang produser film, bersama PT. Elang Perkasa telah menandatangani kontrak pembuatan film itu bersama dengan pihak keluarga Pramoedya, pada 3 September 2004. PT. Elang Perkasa bekerja sama dengan perusahaan film milik Deddy Mizwar Citra Sinema dalam proses pembuatannya. [1]
Pencarian lokasi sudah dimulai sejak akhir 2005. Awal 2006 proses produksi dimulai dengan penulisan skenario oleh Jujur Prananto, penulis skenario Ada Apa dengan Cinta?. Garin Nugroho akan menyutradarai film ini.

@irawansuh
http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi_Manusia

0 komentar:

Posting Komentar